Oleh : Rizky Ramadhani
Sebelumnya
mesti kita sepakati bersama bahwa tulisan ini tidak bermaksud menyinggung
ataupun menyudutkan suatu kelompok maupun pihak-pihak tertentu, sehingga diharapkan
dengan adanya tulisan ini, komunitas, organisasi serta lembaga yang
mengatasnamakan perihal isu difabel yang berada di Indonesia bisa semakin lebih
baik lagi kedepannya.
Selama
ini bisa kita ketahui bahwasannya Tuli merupakan salah satu difabel yang paling
banyak disorot keberadaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari seberapa
banyaknya acara yang dibuat oleh para aktivis difabel yang berada di Indonesia.
Mulai dari pelatihan Bahasa isyarat, pelatihan persiapan kerja serta masih
banyak lagi.
Sedangkan
kondisi para difabel yang lain seolah-olah tersisihkan dengan adanya difabel
Tuli itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri memang bahwasannya Tuli adalah salah
satu difabel yang menyandang status
sosial paling sulit karena hambatan berkomunikasinya, sehingga pelatihan
seperti Bahasa isyaratpun harus sering diadakan guna sosialisasi kepada
masyarakat awam. Walaupun begitu, tentu bukan alasan yang bijak jika difabel
yang lain menjadi tersisihkan, pasalnya yang membutuhkan keperdulian terkait
sosialisasi kepada masyarakat bukanlah Tuli saja.
Jika
acara yang berkaitan dengan difabel Tuli saja bisa sering diadakan, maka
semestinya acara yang berkaitan dengan difabel lainnya juga bisa diagendakan pelaksanaannya.
Sebut saja seperti sosialisasi tentang Autis kepada masyarakat, sebab masih
banyak orang-orang yang awam di luar sana menganggap bahwasannya Autis sama
dengan gangguan jiwa. Apabila sosialisasi yang demikian tidak segera diadakan,
dikhuatirkan tindakan semena-mena terhadap difabel Autis yang di perdesaan akan
terus dilakukan.
Selain
itu sosialisasi perihal membantu mobilitas difabel Daksa juga sepertinya masih
jarang diadakan. Padahal teknik mendorong kursi roda yang benar atau bahkan
sosialisasi di tempat umum terkait sarana yang akses terhadap mereka sangat
perlu dilakukan. Begitu pula terhadap difabel Netra, pelatihan terkait membantu
mobilitas mereka seperti bagaimana cara menuntun yang benar, memberi petunjuk
tentang tempat duduk, serta hal-hal yang berkaitan dengan orientasi mobilitas,
semua itu hampir jarang bahkan tak pernah diadakan.
Sebenarnya
masih banyak jenis difabel yang jarang terekspos keberadaannya dan kebutuhannya,
namun mereka tak mampu bersuara karena keadaannya. Oleh sebab itu mari kita ujudkan
Indonesia yang lebih inklusif, dengan cara tidak menjadikan salah satu golongan
menjadi eksklusif. Semua difabel memiliki hak yang sama, jangan dibeda-bedakan karena
mereka juga manusia dan layak untuk bahagia.