Connect with us

Suara Difabel Mandiri (SDM)

Penyebab Utama Seseorang Bisa Mengalami Tunanetra: Faktor Genetik, Kesehatan, dan Lingkungan

Ilustrasi Tunanetra

Artikel

Penyebab Utama Seseorang Bisa Mengalami Tunanetra: Faktor Genetik, Kesehatan, dan Lingkungan

Oleh : Rizky Ramadhani

Tunanetra adalah kondisi kehilangan total atau sebagian kemampuan penglihatan seseorang. Keadaan ini bisa terjadi sejak lahir atau berkembang seiring bertambahnya usia akibat berbagai faktor.

Dalam artikel ini, kita akan membahas penyebab utama seseorang bisa mengalami tunanetra, baik dari segi faktor genetik, kesehatan, maupun lingkungan. Memahami penyebabnya dapat membantu kita melakukan tindakan pencegahan dan mendukung mereka yang mengalaminya.

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan salah satu penyebab utama seseorang mengalami tunanetra. Beberapa orang dilahirkan dengan kelainan mata atau penyakit yang diwariskan dari orang tua.

Penyakit genetik ini bisa mempengaruhi berbagai bagian mata, seperti retina, kornea, atau saraf optik. Beberapa kondisi genetik yang menyebabkan tunanetra meliputi:

Retinitis Pigmentosa (RP): Penyakit ini ditandai oleh degenerasi sel-sel fotoreseptor di retina, yang mengakibatkan penurunan penglihatan malam dan pandangan perifer. Retinitis Pigmentosa adalah salah satu penyebab paling umum kebutaan genetik.

Glaukoma Kongenital: Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam mata, yang merusak saraf optik. Meskipun glaukoma umumnya berkembang di kemudian hari, glaukoma kongenital adalah bentuk penyakit yang dialami bayi saat lahir.

Albinisme Ocular: Albinisme tidak hanya mempengaruhi warna rambut dan kulit, tetapi juga mata. Albinisme ocular mempengaruhi perkembangan retina dan menyebabkan masalah penglihatan yang serius.

2. Penyakit Mata dan Kesehatan Umum

Beberapa penyakit mata dan gangguan kesehatan umum juga dapat menyebabkan seseorang mengalami tunanetra.

Penyakit-penyakit ini seringkali berkembang seiring bertambahnya usia, tetapi beberapa bisa terjadi pada usia muda. Penyakit-penyakit ini termasuk:

Katarak: Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penglihatan kabur dan terganggu. Penyakit ini merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah dengan operasi.

Glaukoma: Selain glaukoma kongenital, glaukoma pada orang dewasa dapat menyebabkan kebutaan akibat tekanan mata yang tinggi. Glaukoma dapat berkembang tanpa gejala hingga merusak saraf optik.

Degenerasi Makula Terkait Usia (DMTU): DMTU adalah penyebab utama kebutaan pada orang tua. Penyakit ini menyebabkan kerusakan pada makula, bagian tengah retina yang bertanggung jawab atas penglihatan sentral.

Diabetes: Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan retinopati diabetik, kondisi di mana pembuluh darah kecil di retina bocor atau tersumbat, menyebabkan kerusakan pada penglihatan.

Infeksi Mata: Infeksi seperti trakoma dan keratitis dapat menyebabkan kebutaan jika tidak diobati dengan baik. Infeksi ini sering terjadi di daerah dengan sanitasi yang buruk.

3. Cedera dan Trauma

Cedera fisik pada mata juga bisa menyebabkan seseorang mengalami tunanetra. Benturan langsung pada mata atau benda asing yang masuk ke dalam mata dapat merusak struktur mata secara permanen.

Cedera yang parah bisa merusak kornea, retina, atau saraf optik. Selain itu, luka bakar kimia atau paparan radiasi juga dapat menyebabkan kebutaan.

4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga berperan dalam menyebabkan kebutaan, terutama di negara-negara berkembang. Beberapa faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi kesehatan mata antara lain:

Paparan Sinar UV: Paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan tanpa perlindungan dapat merusak kornea dan lensa mata. Ini dapat mempercepat perkembangan katarak dan degenerasi makula.

Polusi dan Kondisi Kerja: Polusi udara dan lingkungan kerja yang penuh dengan partikel kecil, seperti debu atau bahan kimia, dapat merusak mata seiring waktu.

Pekerja yang sering terpapar bahan kimia berbahaya tanpa perlindungan mata yang memadai juga berisiko mengalami kerusakan mata.

Kurangnya Akses Terhadap Perawatan Mata: Di banyak negara berkembang, akses yang terbatas terhadap perawatan mata menjadi salah satu penyebab utama tunanetra.

Kurangnya pengobatan yang tepat untuk kondisi yang bisa diobati, seperti katarak dan infeksi mata, menyebabkan kebutaan yang sebenarnya bisa dicegah.

5. Penuaan

Seiring bertambahnya usia, fungsi penglihatan seseorang cenderung menurun. Beberapa kondisi mata, seperti katarak, degenerasi makula, dan glaukoma, menjadi lebih umum pada orang tua.

Penuaan adalah salah satu faktor yang tidak bisa dihindari dalam penurunan penglihatan, tetapi perawatan mata yang tepat dapat memperlambat proses tersebut.

6. Kekurangan Nutrisi

Kekurangan vitamin A adalah penyebab kebutaan yang sering diabaikan, terutama di negara-negara berkembang.

Vitamin A sangat penting untuk kesehatan retina dan produksi pigmen yang membantu penglihatan di malam hari. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan xerophthalmia, kondisi di mana mata menjadi kering dan akhirnya menyebabkan kebutaan.

7. Kondisi Neurologis

Beberapa kondisi yang mempengaruhi otak atau sistem saraf juga dapat menyebabkan kebutaan.

Kerusakan pada saraf optik atau area otak yang bertanggung jawab atas penglihatan, seperti korteks visual, bisa mengakibatkan kebutaan, meskipun mata secara fisik sehat. Beberapa kondisi yang menyebabkan kebutaan neurologis meliputi:

Stroke: Stroke yang mempengaruhi area otak yang berhubungan dengan penglihatan bisa menyebabkan kehilangan penglihatan sebagian atau total.

Multiple Sclerosis (MS): MS adalah penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat, termasuk saraf optik, yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

Tumor Otak: Tumor yang tumbuh di dekat saraf optik atau area visual otak bisa menekan saraf dan menyebabkan kebutaan.

Kesimpulan

Tunanetra dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari genetika hingga kondisi kesehatan dan lingkungan. Memahami penyebab tunanetra sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan melakukan pencegahan yang tepat.

Beberapa bentuk kebutaan bisa dihindari melalui perawatan medis yang tepat, gaya hidup sehat, dan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Artikel

To Top